Siswa di Sekolah Ini Diajar 30 Guru Matematika Sekaligus
Pelajar sekolah menengah pertama (SMP) di Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta mendapat tamu istimewa. Mereka adalah 30 pengajar dari berbagai sekolah untuk bidang studi matematika. Dari 30 guru itu, tercatat ada tujuh guru yang berasal dari luar negeri, meliputi Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Timor Leste.
Para guru tersebut mengajar secara berkelompok yang terbagai menjadi dua sesi dalam enam kelas. Setiap satu tim, terdapat lima guru yang mengajar matematika dalam satu kelas. Satu guru mengajar, sementara empat lainnya memantau serta membantu dalam pembelajaran.
"Ada tujuh yang dari luar negeri, sisanya yang 22 guru dari Indonesia. Dari 22 guru itu, ada satu guru dari MBS ini yang mengikuti pelatihan, sisanya dari berbagai sekolah di Indonesia," kata Deputy Director for Administration Sountheastasian Minister of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for QITEP in Mathematics, Fadjar Shadiq kepada Okezone, Kamis (11/8/2016).
Sebelum turun mengajar di kelas, ke-30 guru itu mendapat pelatihan selama dua pekan oleh para pakar matematika. Usai melakukan pelatihan dengan beragam teori serta praktek-praktek mengajar, ke-30 guru matematika ini langsung mengajar. Meski hanya sehari, namun akan ada evaluasi terkait pembelajaran yang dilakukannya.
"Waktu diklat, ada teori-teorinya, contoh-contohnya, ada juga pakar matematika dari Jepang ikut membantu dalam diklat. Tapi, fokus dari diklat ini muaranya juga di kelas, seperti sekarang ini," lanjut Fadjar yang juga course supervisor of developing lesson study for junior high school mathematics teacher 2016.
Sementara Kepala Sekolah SMP MBS, Agus Yuliyanto menyambut baik dengan kehadiran para pengajar matematika ini. Dia mengakui ada salah satu guru matematika yang mengikuti diklat tersebut. Diharapkan, dengan teori yang sudah diperoleh dalam diklat bisa dikembangkan dalam pembelajaran di kelas.
"Walaupun ini hanya sehari saja di kelas, tapi semoga ilmu yang diperoleh saat diklat itu bisa diterapkan dalam mengajar di sekolah. Kebetulan ada satu guru matematika kami yang mengikuti diklat," tuturnya.
Sedangkan para siswa terlihat santai saat mendapat pelajaran dari guru asing di kelasnya. Mereka terlihat ceria dan senang, meski awal pembelajaran saat perkenalan sedikit kaku. Sebab, apa yang disampaikan dengan menggunakan bahasa Inggris.
"Cara belajarnya lebih menyenangkan, tidak monoton karena ada praktik-praktik. Awalnya agak kaku, tapi setelah itu mudah dipahami," kata Mafaazah Qurraea Afidah, siswi kelas IX SMP tersebut.
SMP MBS Yogyakarta sendiri menerapkan dua bahasa asing dalam keseharian, yakni bahasa Arab dan Inggris. Mereka belajar dalam satu asrama sehingga nonstop berada dalam kompleks tersebut.
Para guru tersebut mengajar secara berkelompok yang terbagai menjadi dua sesi dalam enam kelas. Setiap satu tim, terdapat lima guru yang mengajar matematika dalam satu kelas. Satu guru mengajar, sementara empat lainnya memantau serta membantu dalam pembelajaran.
"Ada tujuh yang dari luar negeri, sisanya yang 22 guru dari Indonesia. Dari 22 guru itu, ada satu guru dari MBS ini yang mengikuti pelatihan, sisanya dari berbagai sekolah di Indonesia," kata Deputy Director for Administration Sountheastasian Minister of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for QITEP in Mathematics, Fadjar Shadiq kepada Okezone, Kamis (11/8/2016).
Sebelum turun mengajar di kelas, ke-30 guru itu mendapat pelatihan selama dua pekan oleh para pakar matematika. Usai melakukan pelatihan dengan beragam teori serta praktek-praktek mengajar, ke-30 guru matematika ini langsung mengajar. Meski hanya sehari, namun akan ada evaluasi terkait pembelajaran yang dilakukannya.
"Waktu diklat, ada teori-teorinya, contoh-contohnya, ada juga pakar matematika dari Jepang ikut membantu dalam diklat. Tapi, fokus dari diklat ini muaranya juga di kelas, seperti sekarang ini," lanjut Fadjar yang juga course supervisor of developing lesson study for junior high school mathematics teacher 2016.
Sementara Kepala Sekolah SMP MBS, Agus Yuliyanto menyambut baik dengan kehadiran para pengajar matematika ini. Dia mengakui ada salah satu guru matematika yang mengikuti diklat tersebut. Diharapkan, dengan teori yang sudah diperoleh dalam diklat bisa dikembangkan dalam pembelajaran di kelas.
"Walaupun ini hanya sehari saja di kelas, tapi semoga ilmu yang diperoleh saat diklat itu bisa diterapkan dalam mengajar di sekolah. Kebetulan ada satu guru matematika kami yang mengikuti diklat," tuturnya.
Sedangkan para siswa terlihat santai saat mendapat pelajaran dari guru asing di kelasnya. Mereka terlihat ceria dan senang, meski awal pembelajaran saat perkenalan sedikit kaku. Sebab, apa yang disampaikan dengan menggunakan bahasa Inggris.
"Cara belajarnya lebih menyenangkan, tidak monoton karena ada praktik-praktik. Awalnya agak kaku, tapi setelah itu mudah dipahami," kata Mafaazah Qurraea Afidah, siswi kelas IX SMP tersebut.
SMP MBS Yogyakarta sendiri menerapkan dua bahasa asing dalam keseharian, yakni bahasa Arab dan Inggris. Mereka belajar dalam satu asrama sehingga nonstop berada dalam kompleks tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar